Dirjen Aptika Mengundurkan Diri akibat Serangan Siber PDNS


Kemkominfo

Kemkominfo

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Semuel Abrijani Pangerapan, telah mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral atas serangan siber yang terjadi pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya. Langkah ini diambil setelah PDNS 2 mengalami serangan siber yang berdampak luas pada layanan publik dan instansi pemerintah.

Semuel menyatakan bahwa pada tanggal 1 Juli 2024, ia telah mengajukan pengunduran diri secara lisan dan surat resmi pengunduran dirinya telah diserahkan kepada Menteri Kominfo. "Saya menyatakan bahwa per tanggal 1 Juli kemarin saya sudah mengajukan pengunduran diri saya secara lisan dan suratnya sudah saya serahkan kemarin kepada Menteri Kominfo," ujar Semuel dalam sebuah konferensi pers di Jakarta pada Kamis, 4 Juli 2024.

Menurut Semuel, sebagai Dirjen Aptika yang bertanggung jawab atas proses transformasi pemerintahan berbasis digital, dirinya merasa tidak mampu mengemban tanggung jawab tersebut dengan baik dalam insiden serangan siber ini. Ia menegaskan bahwa insiden tersebut merupakan tanggung jawab moral dan teknis yang harus ditanganinya dengan baik. "Jadi saya mengambil tanggung jawab ini secara moral dan saya menyatakan ini tanggung jawab saya dan ini harusnya saya tangani dengan baik. Itu alasan utamanya," tambahnya.

Serangan siber yang melumpuhkan PDNS 2 di Surabaya terjadi dalam bentuk ransomware bernama Brain Chiper, yang merupakan varian terbaru dari Lockbit 3.0. Puncaknya, PDNS mulai tidak bisa diakses sejak Kamis, 20 Juni 2024, mengakibatkan layanan publik seperti layanan imigrasi tidak dapat diakses. Safenet mencatat sedikitnya ada 282 instansi pemerintah yang menggunakan PDNS terdampak serangan ini.

Meski mengundurkan diri, Semuel memastikan bahwa proses pemulihan PDNS 2 masih terus dilakukan secara optimal. Pemerintah menargetkan pemulihan atas serangan siber ini dapat selesai pada bulan Juli 2024. Semuel yang juga merupakan pendiri dan pengarah gerakan nasional literasi digital SIBER KREASI, dilantik sebagai Dirjen Aptika oleh Menteri Kominfo Rudiantara pada 7 Oktober 2016.

Desakan untuk Budi Arie Mundur

Di sisi lain, publik juga mendesak Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, untuk mundur dari jabatannya akibat lumpuhnya Pusat Data Nasional (PDNS) Sementara 2 yang berdampak pada ratusan instansi karena serangan siber. Desakan ini muncul dari petisi yang digagas oleh SAFEnet dan dipublikasikan pada Rabu, 26 Juni 2024. Petisi tersebut hingga Kamis, 4 Juli 2024, telah ditandatangani oleh lebih dari 23 ribu partisipan.

Menanggapi petisi tersebut, Budi Arie menyatakan bahwa itu adalah hak masyarakat untuk bersuara. "Ah no comment, itu hak masyarakat untuk bersuara," ujarnya usai rapat bersama di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Kamis malam, (27/06/2024) dikutip dari Bisnis Tempo. Budi mengaku masih fokus menangani masalah peretasan PDNS tersebut dan memastikan tidak ada kebocoran data karena serangan ransomware tersebut. 

Selain Budi Arie, petisi juga ditujukan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dalam petisi tersebut, SAFEnet menuntut agar Budi Arie mundur dari jabatannya. "Pak Menteri, cukuplah semua kelalaian ini. Jangan jadikan data pribadi kami sebagai tumbal ketidakmampuan Anda. Mundurlah!," tulis SAFEnet dalam petisinya di change.org.

Peristiwa serangan siber ini telah mengguncang kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola keamanan data nasional. Pengunduran diri Semuel Abrijani Pangerapan sebagai Dirjen Aptika dan desakan agar Menkominfo Budi Arie Setiadi mundur mencerminkan betapa seriusnya dampak dari insiden ini. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah efektif untuk memulihkan kepercayaan publik dan memastikan keamanan data nasional ke depannya.


Bagikan artikel ini